Gerakan fundamentalisme Islam seringkali dimaknai secara pejoratif. Gerakan ini diasosiasikan sebagai gerakan politis yang seringkali memaksakan kehendak dengan menggunakan aktivitas kekerasan dalam mencapai tujuannya. Selain itu, gerakan ini juga selalu dianggap sebagai kelompok eksklusif, intoleran, dan anti modernitas. Namun demikian, di tengah stigma yang disematkan ke dalam gerakan fundamentalis Islam, gerakan ini terbukti mampu menunjukkan eksistensinya. Di era reformasi, gerakan ini seolah mendapat momentum untuk menunjukkan eksistensi diri. Tidak hanya itu, reformasi telah menjadi media yang cukup menguntungkan bagi tumbuh dan berkembangnya gerakan fundamentalisme. Selain faktor sistem politik yang terbuka, gerakan ini ternyata tidak hanya berorientasi politis. Buku ini membuktikan bahwa gerakan fundamentalisme Islam juga menjalankan fungsi sosial budaya. Bahkan fungsi inilah yang menyebabkan gerakan ini mampu eksis dalam berbagai kondisi sosial politik. Dalam konteks sosial, gerakan ini aktif memberikan advokasi kepada masyarakat luas. Semangat dalam memberikan pertolongan dengan ikhlas dapat mereka manifestasikan dalam kehidupan masyarakat. Sementara itu, dalam konteks budaya, gerakan fundamentalisme Islam mencoba membentuk budaya baru yang didasarkan pada nilai-nilai Islam. Keseriusan mereka dalam mewujudkan ini dapat tercermin dalam upaya mendiseminasikan ide mereka de tengan-tengah masyarakat. Meskipun keberadaan gerakan ini seringkali menimbulkan masalah di tengan masyarakat, namun ada hal yang harus diadopsi oleh siapapun yang menjadikan gerakan ini sebagai ancaman. Militansi dan optimisme menjadi kata kunci mengapa gerakan ini masih eksis bahkan berkembang. Oleh karenanya, bagi siapapun yang berharap gerakan ini menjadi redup, tentu tantangan terbesarnya adalam mereka harus mampu mewujudkan gerakan yang dapat membangun optimisme dan militansi yang jauh lebih baik.
After just a year or so, my father saw several lots for sale in the small village of Timberlake, Ohio, just thirty minutes from Cleveland.
“Barack Obama,” “Hillary Clinton,” “Britney Spears,” and “Justin Timberlake” found their places somewhat to the left of the really, really good “Teresa” and ...
... Gregory Pritchard, Robert Clarke and Donald Wester of philosophy; from the religion faculty, James Timberlake, Rowena Strickland, Dan Holcomb, ...
walked over the frost-brittled grass, my long skirt swishing it dryly. I'd come to weep below the willows, to let the sound of the stream carry my lament ...
Frost, Gavin, and Yvonne Frost. The Good Witch's Bible. 7th ed. ... Gordon, Lynn D., ed. Gender and Higher Education in the Progressive Era.
Kenneth S. Todd. Reasons. to. Obey. God. Let's discuss four reasons why we should obey God. The first two deal with how we personally deal with God.
God's word is clear about the importance of godly friendships. This edition shows men how valuable those friendships are to spiritual growth.
In 2011, Thom S. Rainer published some research project results in a volume ... projecting the top challenging issue they deal with in bicultural settings ...
" Based on Pearson's 48-hour Management Buckets Workshop Experience, Mastering the Management Buckets offers detailed implementation tools, including 99 practical takeaways that a leader could implement immediately, plus nine management ...
" Based on Pearson's 48-hour Management Buckets Workshop Experience, Mastering the Management Buckets offers detailed implementation tools, including 99 practical takeaways that a leader could implement immediately, plus nine management ...